cari yukkk....

Jumat, 27 Maret 2009

artikel

KITA LEBIH BERUNTUNG


Di negeri Indonesia yang kaya ini banyak bibir yang masih bisa tertawa, tersenyum, memuji dan mengagumi. Di sini pula diri ini masih tebal akan perlindungan. Masih tenang memikirkan kehidupan esok. Masih tak merasa was-was menatap waktu yang terus berjalan ke depan. Masih bebas bermain ke sana ke mari tanpa dikejar-kejar rasa ketakutan yang mendalam. Masih nyenyak tidur dan menikmati lezatnya makanan tiap kali kita menyantap hidangan tanpa perasaan gelisah, gugup dan khawatir.
Tapi, kita tidak pernah tahu bagaimana goyahnya rasa ketenangan banyak saudara islam kita di negeri seberang Palestina. Mereka seperti semut-semut yang dengan gampang dilenyapkan seketika berjuta nyawa melayang di tengah kebiadapan tentara Israel. Segudang teriakan, tangisan serta rintihan terus bergemuruh dari warga sipil Palestina yang tengah dikepung oleh bombardiran iblis Israel. Telah sering kita saksikan bagaimana sejarah perang 2 negara tetangga itu di televisi. Hampir sepertiga korban tak berdosa serangan Israel adalah anak-anak. Anak-anak dengan melan kholisnya melihat tanah airnya luluh lantah menyatu tanah dengan kepedihan tiada tara. Mereka tak pernah mudah mendapatkan ilmu yang semestinya mereka dapatkan seperti anak-anak di belahan dunia lainnya. Bibir mereka pun seolah amat sulit tuk dilengkungkan kembali. Hanya air mata yang setia menemani malam-malam tiada ketenangan.
Mungkin salah satu dari mereka sudah tiada nafas, tiada lagi kasih dari kedua orang tua, tiada pelukan dari kakak atau adik mereka yang senantiasa memberi cinta yang tulus. Masa depan mereka tiada guna untuk terus diukir. Tiada keleluasan dalam menatap cerah cita-cita mereka. Tiada harapan dan mimpi besar untuk dikepakkan di usia mereka mereka mendatang. Anak-anak kecil Palestina hanya bisa merenungi nasib tanpa bahagia sedikitpun. Tua, muda, remaja, anak-anak, bahkan bayi sekalipun harus menanggung penderitaan dari pertikaian 2 negara yang sudah di nashkan di Al qur’an.
Kita sebagai rakyat Indonesia mungkin lebih beruntung daripada nasib anak-anak Palestina yang tengah dilanda konflik. Meski negeri ini juga tak lepas dari masalah, namun setidaknya kita bisa tersenyum, tertawa dan ada harapan untuk mencapai masa depan yang lebih cerah.



SUSAHNYA JADI REMAJA

Usia remaja adalah tahap awal dari pengenalan dunia usia dewasa. Belajar untuk memulai kemandirian diiringi pencarian kualitas diri sebagai bekal di masa datang. Namun, banyak masyarakat yang terkadang menganggap remeh para remaja. Mereka hanya melihat dari sisi negatif yamg sering menjadi menu hangat permasalahansosial di berbagai media yang timbul akibat masih labilnya emosi dan daya pemikiran.
Remaja dituntut memiliki kemampuan dan keseriusan dalam mempersiapkan kepemimpinan ataupun rasa tanggung jawab yang besar.Di usia itu, bakat dan minat disaring dari beberapa komunitas baik di luar maupun di dalam sekolah. Diharapkan sanggup mengembangkan potensi diri yang mungkin masih tersimpan rapat-rapat.. Melalui komunitas tersebut, para remaja bisa menggali dalam-dalam keutamaan bakat yang dimiliki demi kelangsungan hidup di waktu yang akan datang.
Tak sedikit remaja yang lalai akan tanggung jawab untuk mengenal hidup lebih realistis. Mereka hanya menyatu dalam pemikiran hedonis, glamor, mewah, dan tanpa pertimbangan untuk menyerap hidup kebarat-baratan. Lingkungan tanpa sadar meminta kewajiban seorang remaja untuk terusa dapat mengikuti trend sesuai era yang ada. Banyak trend di kalangan remaja yang mampu membawa mereka ke dalam identitas ketidakpercayaan sebagai fase awal kehancuran mental untuk berbuat kebenaran.
Beberapa tuntutan nihil makna dalam kehidupan remaja :
 Memiliki someone lebih dari teman alias pacar
Yang satu ini sering dikait-kaitkan sebagai pengenalan kehidupan pranikah. Berhubung individu remaja yang kerap dihinggapi syndrom jatuh cinta, mereka berani meneruskan rasa tertarik kepada lawan jenis mereka tanpa tahu bahwa yang dilakukan hanya sekedar jalan pelurus menuju lubang kemaksiatan. Dan dalam dunia remaja, istilah pacaran sering dihubung-hubungkan dengan anak gaul. Jika mereka ingin dikatakan anak gaul, pacaran pun dipilihnya tanpa dasar cinta dalam hati.
Islam tak mengkategorikan dosa pada rasa tertarik kita pada lawan jenis. Hanya saja islam memiliki batasan-batasan dalam mengendalikan rasa tertarik itu dalam diri kita. Rasa tertarik(rasa kagum) tersebut adalah kewajaran dan merupakan bentuk kenormalan kita sebagai remaja yang melalui fase pubersitas. Namun sebagai remaja islam, kita harus pintar-pintar dam menghandle rasa istimewa itu. Memandangnya dengan lekat-lekat + nafsu ingin memilikinya bisa dikodekan sebagai bentuk dosa atau dosa mereka. Apalagi mengekspresikan rasa itu secara berlebihan. Sebagai manusia ciptaan-Nya, manusiawi bila rasa itu sering menghinggapi kita. Tinggal bagaimana kita bisa mengatur semua rasa suka, kagum, tertarikpada lawan jenis kita tanpa meninggalkan noda-noda dosa dalam diri kita.
 Jadi remaja super fashionable
Fashion yang terus memetamorfosa setiap masanya akan menuntut remaja mengikuti itu semia. Dari pakaian ataupun aksesoris yang melengkapi menjadi daya tarik anak-anak muda untukdikenakan. Meski dengan budget melangit, mereka tetap bersikukuh melawan rasa keraguan untukmemilikinya. Hanya berdalih ingin di cap anak gaul. Mereka tak berpikir dampak negatif atau pengaruh sia-sia yang akan menimpa mereka. Terkadang pakaian eranya sudah menyepuh akan ditumpuk rapat-rapat dalam almari tanpa guna. Bagi yang berduit, tak apalah itu semua, tapi bagi remaja dengan keadaan ekonomi pas-pasan, rugi besar baginya. Ini pun yang menjadi faktor dimana remaja ingin diakui identitasnya melalui fashion yang selalu happening di masanya. Dan berhati-hatilah bagi remaja yang tak ingin terjerumus dalam dunia hedonis masa kini lewat cepatnya perkembangan dunia fashion tiap era dengan tetap berpegang teguh pada tali Allah.
 Menuntut remaja dengan IT tinggi
Sama halnya dengan perkembangan dunia fashion yang cepat berganti masa, dunia IT juga tak kalah fantastis dalam sisi perputaran kualitasnya. Pengaruh pada remaja pun juga super besarnya. Bisa dikatakan kulitas remaja saat ini ditimbang melalui kemampuannya dalam pemahaman terhadap dunia teknologi dan informasi bukan kemampuannya dalam menguasai pelajaran di bangku pendidikan. Dari perkembangan dunia IT, remaja bisa memperoleh ilmu dari berbagai sumber yang tak sedikit. Sehingga, remaja tidak cenderung pada satu literatur yang kandungannya mungkin sangatlah kurang. Namun, yang membuat ironis adalah efek buruk yang timbul tanpa sadar dari perkembangan dunia IT, remaja hanya fokus pada kandungan dunia teknologi dan informasi yang mampu menjerumuskan pada lubang kemurkaan.

Tidak ada komentar: